Rabu, 25 Mei 2016

SELAMAT DATANG DI BLOG KOPI MOCHA

Hai kawan-kawan yang suka membaca, ini adalah blog pribadi milik saya. Disini saya akan menshare beberapa tulisan saya untuk para pembaca. Semoga karya saya dapat menjadi semangat dan bermanfaat buat banyak orang, terus semangat dan terus berkarya, Jangan takut terjatuh dan terus berjuang dengan pena yang kian tajam tentu dengan analisa yang tajaum. GOOD LUCK :)

NAFAS KESATUAN


Dunia terasa ramai, gaduh nan riuh.
Jerit hati pembebasan terbelenggu nista pilu.
Jiwa-jiwa tercampak mati dibalut penghormatan sendu.
Mayoritas berbercak darah dilempar ke ruang bisu.

Matahari berlari mencapai tangis merdeka.
Meraih tangan patah berdarah dari temaram kepedihan.
Garudaku melesatkan jiwa bernyawa terbang tinggi.
Membuka tabir Gema Ripah Loh Jinawi.

Bangkit tertatih kami bermemori kubur yang pahit.
Menggendong generasi abadi yang dinanti.
Warna telaga ini bak surga berwarna-warni.
Menyatukan dataran anak-anak kecil tertawa berlari.

Darah dan luka menitihkan pelukan kasih sayang.
Sadar badai kembali siap menggulung di ufuk sana.
Terus Kuatkan jiwa, satukan langkah.
Untuk sebuah arti kesatuan, INDONESIA.


Tangerang, 20 Juli 2015.


Puisi ini menjadi kontibutor dan telah di e-Book oleh Penerbit WaroengBooku dalam  e-Book Bait-Bait Anak Bangsa.

OH IBU, AKU INGIN… (Antologi Puisi Orang- Orang Sandiwara)

Pagi ini matahari tersenyum singit padaku
Ntah karena aku mengantuk atau lusuh bau
Nyatanya malam selimutiku hujan hingga demam
Kusadari  atap tidurku menangis tak ditemani bintang

Kubuka mata seraya kokohkan raga
Tertatih-tatih meraih tas kesayangan
Bukan ku isi dengan ilmu
Lebih dari itu, mengais sampah tuk mengisi perut

Tapak langkah mulai ku hentakan
Berharap hari ini dapat beli obat agar TBC ibu reda
Serta bisakah sekejap tau apa rasa ayam bakar
Dan berkediaman rumah berdinding sepaket atap

Namun…
Siapakah aku???
Saat ku tengok kelas ber-AC itu
Dengan seragam bagus menuntut ilmu

Ibu…
Mengapa dunia kejam padaku?
Bolehkah ku tukar puing-puing masa depanku
Dengan lembaran tulisan ilmu pembuka cakrawala

Oh Ibu..
Aku ingin hinggap pada topi bertali gelar
Yang dipindahkan talinya
Maka banggalah dipanggil sarjana

Aku ingin bersekolah, bu..
Agar melihat senyum indahmu seperti saat melahirkanku
Agar aku mengerti yang sering raga almamater lantunkan
Bahwa aku ada karena aku berpikir

Dunia…
Kau terus berputar tanpa lelah
Dan kutatap diriku dari pantulan mobil mengkilat dijalan
Aku tetap si lusuh berkarung sampah
Selebihnya di:

NEGERI (Antologi Puisi Orang- Orang Sandiwara)


Aku tertitih menapaki bumi
Kiri kanan konstruksi megah menatapi
Langkah kian terjerat bayang senyap
Dalam megahnya kota sandiwara

Orang terus berlalu lalang
Seraya berairmuka tersurat berbadan robot belaka
tersungkup topeng-topeng senyum semu
Bermesin  robot berbahan bakar sampah

Aku terpojok dalam sudut kota
Dimanakah manusia???
Saat aku terbelalak bertanya-tanya
Kurcaci kecil terlelap beralas koran rongsokan

Negeriku tak mengangkasa
Namun berharta laut dan tanah
Negeriku tersihir uang-uang panas
Yang mengoyak berbalut solek penjajahan kekinian

Matahariku telah terbitkan proklamasi
Dengan gagah Garuda lambang nan suci
Namun apa tafsir nafas bebas manusiawi
Saat garis suratan negeri kurenungi


selengkapnya: 

Aku Hanya Gadis Sederhana, Tapi Izinkan Aku Mencintai dengan Sesungguhnya

Aku hanya seorang gadis yang sedang mengejar gelar sarjana di tanah rantau.
Aku fokus meraih nilai selagi aku muda, agar kelak gelar sarjana kuraih dan membahagiakan kedua orang tua.
Silih berganti tugas datang, menenggelamkan ku bahkan sebelum sang raja hari menutup mata.
Penat itu ada dan bergelut dalam jiwa yang mencari jati diri dalam kerasnya dunia disaat hidupku berbekal beasiswa.

Sejenak ku menepi, menatap riuh ombak tarian ilalang yang tak ku temui di kotaku tinggal.
Tiba-tiba bola dari anak-anak kecil yang sedang bermain menghampiriku.
Sorak-sorak mereka mengajakku turut ikut bergabung.
Pilihan hanya ada dua, yaitu tak perduli atau biarkan dirimu melebur dengan alam.
Dan tentu kau tau? apa jawabannya...

Senyum kami mengembang, lari bersama, sorak-sorak, tertawa, jatuh dalam kebahagiaan, tak pernah kurasa seperti ini.
Cinta ini tumbuh pada alam dan seisinya.
Lama...lama...dan lama aku mencari kebenaran dalam ruang yang hampa.
Aku terlalu egois untuk mengejar masa depan.

Namun, di balik kebahagiaan itu rupanya ada airmata mereka.
Dibalik itu pendidikan mereka ialah rendah.
Mereka sekedar memiliki mimpi menjadi pedagang atau guru.
Karena menurut mereka "kata ibu kalau jadi pejabat banyak yang suka korupsi kak, itu haram, nanti masuk neraka teteh".
Aku terenyuh...

Mereka hanya berminpi meraih pendidikan dan berpenghasilan cukup serta halal untuk kehidupan.
Bersyukurnya aku, aku diperjumpakan dengan orang yang merasakan apa yang ku jumpai ini.
Bahwa dikeramaian ini, masih banyak orang marginal terbuang kejamnya dunia.
Lambat namun pasti, tangan ini mulai banyak yang menggandeng untuk ciptakan perubahan.
tak sekedar itu, masyarakat perlahan mulai maju ikut dalam barisan ini untuk ciptakan perubahan.

Aku terharu, cinta ini lebih luar biasa.
Cinta negeri tanpa pamrih, tanpa terekspose media, tanpa rasa mengeluh walau memiliki berjuta rintangan.
Sanggar belajar gratis secara sukarela terbangun disana, dengan pengajar seadanya dan seikhlasnya.
Namun kini anak-anak itu tertawa lepas dengan mata penuh dengan cita-cita dan harapan hebat untuk masa depan.
Kini aku bersyukur dipertemukan cinta sesungguhnya, saat kita bisa membuat orang lain bahagia dan bebas bermimpi setinggi langit, meraih bintang di angkasa.

Kini tiap aku bertanya: Ayo siapa yang mau jadi Presiden agar bisa ciptakan perubahan hebat?
Semua anak kecil disana berkata: AKUUUUUU!!!!!!!! AKUUUUU!!!!!! (penuh antusias mengacungkan jari mereka).
Aku tersenyum dan bangga, semoga siapa pun yang membaca dapat menarik hikmah cinta yang sesungguhnya.

Tulisan ini menjadi juara 3 lomba Rubik Okezone.com

Bu, Maaf Aku Belum Juga Pulang, Karena Ada Mimpi yang Sedang Giat Aku Rajut

"Masa transisi menuju dewasa menghampiriku. Aku hendak berkelana untuk mencari ilmu, melatih mentalku agar menjadi kebanggaan dunia yang biru. Aku keluar dari zona nyaman, menuju kerasnya dunia yang terasa asing ku sapa. Pelukan hangatmu mengantarkanku hingga menaiki bus yang akan membawa ke tanah orang.
Bu, aku lihat matamu berkaca-kaca, aku sadar untuk pertama kalinya kita hendak terpisah jarak. Aku berusaha tegar, walau rasanya aku pun tak mampu melepas pelukan itu. Aku memutuskan tak menengok kedua kalinya, demi menunjukan keseriusanku mengejar cita-cita..."

Tuhan Selalu Punya Cara yang Cantik Mempertemukan Kita Kembali

"Kau tau, perjalanan kita kukira awalnya akan berujung indah. Kisah yang kita mulai saat bangku kuliah telah menyapa, tak sengaja kita berkenalan karena dalam satu naungan organisasi. Membuat kita semakin dekat walau berbeda tingkatan. Awal kau bercerita tentang hidup hingga sebuah cinta yang membuatmu patah, maka tak sengaja hatiku terkulik untuk mengobatinya, hingga tak terasa cinta itu sampai ke palung jiwa.
Ya, maafkan perasaan ini berubah, namun siapa sangka Tuhan berkata lain. Justru kita sering bersapa dan membuat kita terperangkap dalam satu jeruji cinta, hubungan asmara mengalir begitu saja...."